18 April, 2008

Tinggal yang buruk, yang buruk itu kuambil..

Cerita ini berawal ketika senja telah berganti malam, menutup hari yang cerah. Semenjak mendapat peringatan berupa kenikmatan 'sakit', aku mulai introspeksi diri. Dari hal-hal terkecil yang berhubungan kemaslahatan umat mulai kubangun..(cieeeeeeeee), senyum, sapa, salam, dan membalas sms yang masuk. Dan satu hal yang aku ingin lakukan juga adalah pergi ke Masjid deket kosan yang notabenenya sangat sangat sangat (disebutkan tiga kali untuk penekanannya) jarang sekali aku kunjungi untuk sholat berjamaah. Jadi berbekal kemauan yang keras aku sudah berada di kosan sejak jam 5 seperempat sore, meski biasanya jam segitu daku masih berjibaku di kantor untuk urusan2 yang lumayan gak penting, hi2. Sudah mandi, gosok gigi, manicure, padicure....(hmmm..kayaknya yang dua barusan nggak dey??), dan wangi. Kupakai baju berwarna putih polos yang menandakan bahwa hatiku (saat itu) sedang sebersih dan seputih bajuku. Karena kalo gak salah ada pepatah mengatakan "Ajining Raga Saka Wusana (artinya : yang make baju putih pasti cakep, hi2)".

Adzan berkumandang, daku bergegas berangkat agar niat baik ini tidak tertunda lagi menjadi niat lain yang agak aneh bin ajaib kayak biasanya. Pas udah mo berangkat aku bingung mo pake sandal yang mana, yang slop ato sandal jepit. Karena aku berasumsi bahwa sekali beribadah tetap beribadah!!!!(lho??), maksudku, masak sandal (yang menurutku) bagus cuman dipake ke acara2 having f**k aja, kan ke acara yang bersifat religi juga penting. Makanya kuputuskan untuk meninggalkan si Jepit yang buruk rupa dengan mengambil si (yang menurutku) Cakep yang rupawan.

Melangkah dengan pasti menuju kesucian diri. Sampe semua kegiatan di Maghrib itu (menurutku-lagi) telah kuikuti dengan baik, aku berencana segera balik ke kosan coz perutku udah keroncongan dan tidak bersahabat untuk berbuat kebaikan, hi2. Menuju serambi Masjid daku melangkah pasti. Namun alangkah terkejutnya, aku melihat sebuah ketidaksesuaian ekosistem di situ.


Si Cakep yang rupawan tidak ada??!!!.....(backsound : orkestra kematian Squidward)
Kutengok ke kanan dan ke kiri, masih tidak ada!??
Kususuri dari ujung ke ujung serambi Masjid, masih gak ada juga??!!
Tidaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkk........??!!
Kesucianku terenggut.....(hwekkkk)

Tapi,

Di situ tertinggal sepasang terompah tua milik Abunawas (mungkin??), warnanya putih ke'buluk-bulukan', sudah agak rusak, dan BAU!?. Kudekati dengan penuh kutukan, kebencian, dan ketidakterimaan. Berpikir sejenak, dan akhirnya menyimpulkan bahwa daripada pulang tak bersandal, maka sebaiknya terompah tua tadi kumanfaatkan sebaik2nya dengan cara memakainya dengan penuh rasa iba, oh.....

Sesampainya dikosan aku ceritakan semua pengalaman religiku barusan di Masjid kepada semua penghuni yang lain. Dan reaksinya sama, KETAWA. Namun ada juga petuah bijak dari Ibu kos kalo tar Isya' sebaiknya aku ke masjid lagi, kali aja tadi orangnya lupa pas mo pake terompah salah masuk ke si Cakep yang rupawan. Alasan yang tidak masuk jidat namun masih dapat diterima akal gak sehat. Ya, aku harus kembalai lagi nanti, i'll be back!!!!. Setidaknya dengan begitu oknum yang bersalah akan segera terungkap kedoknya dan bisa segera kumeja hijaukan di depan khalayak ramai. Sungguh, niat yang sangat jauh dari keberadaban, hi2, biarin!!!. Baru kali ini ada orang ke Masjid niat utamanya bukan untuk beribadah, tapi memperjuangkan hak, hi2, don't try this at home please...

Adzan Isya' berkumandang, saatnya untuk balas dendam, lho??. Aku bergegas lagi ke Masjid dengan tujuan yang sedikit berbeda dari Kaum Muslim Beriman lainnya, yak, nukerin terompah tua dengan si Cakep yang rupawan. Sampe di masjid aku langsung standby di pinggir serambi, memasang mata penuh curiga kepada setiap nasabah, eh, jamaah. Sampe sholat Isyak berjamaah akan dimulai si Cakep yang rupawan belum muncul juga. Akhirnya.....(Yaa Allah, Ampunilah HambaMU ini....Astaghfirullah..).

Sampe esok harinya lagi, aku masih berusaha menemukan si Cakep yang rupawan. Dan hasilnya sama, nihil, hi2. Buat temen2 yang menemukan di mana si Cakep yang rupawan, harap hubungi Takmir masjid yang bersangkutan, karena surat aduan telah kukirim kesana. Setelah berpikir dan merenung, akhirnya kuputuskan untuk membeli sandal lagi sebagai pengganti si Cakep yang rupawan. Aku membelinya di tempat di mana aku membeli nya dahulu. Dan untungnya masih ada, namun dengan sedikit style yang berbeda, tapi tak apalah, cuman dikit kok bedanya. Oya, sketsa si Cakep yang rupawan dan si Terompah tua akan saya publikasikan di sini. Ya udah, karena yang tertinggal yang buruk, yang buruk itu kuambil juga akhirnya...



The New si Cakep yang rupawan (bentuknya mirip banget kok kayak abangnya, suer!)




si Terompah tua yang tak bertuan




si Cakep dan si Buruk rupa....mirip kaleee????

Tidak ada komentar: